Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017, obat antibiotik merupakan sediaan obat dengan tujuan pegobatan untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. antibiotik merupakan suatu zat yang bisa mendatangkan manfaat. Antibiotik mampu menyembuhkan berbagai penyakit yang disebabkan oleh kuman/bakteri (bukan virus). Antibiotik bukan obat demam, antibiotik juga bukan obat sakit kepala. Penggunaan antibiotik dapat memberikan manfaat dan efek yang optimal jika digunakan sesuai dengan resep dokter, aturan penggunaan, dan dosis yang tepat.
Permasalahan saat ini yang sering terjadi adalah penggunaan antibiotik yang digunakan layaknya sebagai obat yang dapat dibeli tanpa resep atau dikenal juga sebagai pengobatan swamedikasi. Pengobatan swamedikasi yaitu pegobatan tanpa adanya peresepan dari dokter. P Pemberian informasi mengenai penggunaan antibiotik di masyarakat belum optimal karena menurut penelitian hanya terdapat 32,69% masyarakat yang mendapat informasi cara penggunaan antibiotic yang tepat dan benar.
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat seperti penggunaan antibiotik yang tidak dihabiskan, pembelian antibiotik tanpa resep dokter, pengobatan penyakit yang seharusnya tidak memerlukan antibiotik serta pemakaiannya yang tidak patuh. Hal ini berisiko menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya pemahaman masyarakat mengenai penggunaan obat, khususnya antibiotic. Penggunaan antibiotik akan memberikan keberhasilan terapi jika digunakan secara rasional. Namun demikian, jika tidak digunakan secara rasional, penggunaan antibiotik akan mengakibatkan resistensi antibiotik.
Resistensi antibiotik merupakan masalah kesehatan di masyarakat yang perlu segera diselesaikan. Resistensi antibiotik mengakibatkan bakteri tidak merespon obat yang akan membunuhnya. Hal ini mengakibatkan penurunan kemampuan antibiotik dalam mengobati penyakit infeksi pada manusia. Tidak hanya itu, hal ini juga akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian, meningkatkan biaya dan lama perawatan, meningkatkan efek samping dari penggunaan obat ganda dan dosis tinggi.
Resistensi antibiotik mengakibatkan bakteri akan kebal terhadap jenis obat yang sama. Hasil penelitian Antimicrobial Resistantin Indonesia (AMRIN-study) menyatakan bahwa pada 781 pasien yang terinfeksi bakteri Escherichia coli resistensi antibiotik jenis ampisilin (73%), kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%), ciprofloksasin (22%), dan gentamisin (18%). Resistensi antibiotik ini perlu mendapat perhatian serius oleh dinas-dinas terkait dan pemerhati kesehatan, agar infeksi bakteri tidak semakin menyebar.
Masalah resistensi yang disebabkan oleh penggunaan antibiotik salah satunya karena penggunaannya tanpa resep dokter dimana hal tersebut tidak sesuai dengan kondisi klinik pasien. Mudahnya masyarakat dalam memperoleh antibiotik tanpa rekomendasi atau resep dari tenaga kesehatan yang berwenang menjadi faktor pemicunya. Pembelian antibiotik pada sarana kesehatan terutama di apotek dilakukan oleh masyarakat dalam rangka pengobatan mandiri tanpa mendapatkan penjelasan dan kurangnya pengetahuan tentang aturan penggunaan antibiotik beserta indikasi yang sesuai.
Faktor penyebab resistensi antibiotik salah satunya adalah ketidakpatuhan pasien terhadap penggunaan antibiotik itu sendiri. Ketidakpatuhan dan ketidakpahaman pasien dalam penggunaan antibiotik ini menjadi penyebab gagalnya terapi obat antibiotik. Diperlukan langkah yang tepat dalam mencegah resistensi dan mengendalikan penggunaan antibiotik. Pemberian informasi obat merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan apoteker untuk meningkatkan rasionalitas pengobatan dan mencegah resistensi. Apoteker dapat berperan aktif dalam memberikan informasi dan edukasi kepada konsumen atau masyarakat. Selain itu langkah yang perlu dilakukan dengan cara memberikan edukasi berupa sosialisasi kepada masyarakat tentang penggunaan antibiotik yang baik dan benar. Sosialisasi dan edukasi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam memberikan informasi kepada masyarakat dalam penggunaan antibiotik.
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang bisa jadi penyebab resistensi antibiotik meningkat antara lain:
- Orang yang tidak mengonsumsi antibiotik sesuai anjuran dari tenaga kesehatan.
- Orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah seperti HIV/AIDS, penderita kanker, penerima transplantasi organ
- Sedang dalam melakukan pengobatan menggunakan imunosupresan, seperti pada kondisi lupus atau penyakit autoimun lainnya
- Penggunaan antibiotik yang berlebih
- Rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang tidak bisa mengontrol penyebaran infeksi
- Kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan
- Kurangnya pengembangan antibiotik jenis baru
Pencegahan
Adapun beberapa langkah yang dapat dilakukan sebagai cara mencegah resistensi antibiotik, antara lain:
- Selalu mengonsumsi antibiotik sesuai dengan anjuran dokter
- Hindari menggunakan obat antibiotik orang lain atau membagi obat antibiotik kepada orang lain meski memiliki gejala yang sama tanpa berkonsultasi kepada dokter
- Jangan memaksa dokter atau petugas kesehatan untuk memberikan antibiotik saat sakit, kecuali memang diperlukan
- Saat sedang menjalani pengobatan, jangan lupa minum obat pada waktunya. Kamu bisa memasang alarm untuk membantu mengingatnya
- Jangan menyimpan antibiotik sisa (misalnya untuk sakit berikutnya)
- Mencegah tubuh terinfeksi bakteri, misalnya dengan rutin mencuci tangan dan menjaga jarak dengan orang yang sakit
Pentingnya menyelesaikan seluruh resep antibiotik menjadi faktor kunci dalam eradikasi bakteri penyebab infeksi secara tuntas. Dengan menyelesaikan resep antibiotik secara penuh, kita dapat meminimalkan peluang bakteri untuk mengalami mutasi atau mengembangkan resistensi, sehingga pengobatan pada kunjungan berikutnya tetap efektif. Selain itu, resistensi antibiotik merupakan ancaman serius bagi kesehatan global, di mana penghentian prematur pengobatan dapat meningkatkan risiko bakteri yang selamat mengembangkan mekanisme pertahanan, merugikan efektivitas antibiotik pada masa mendatang.
Mencegah resistensi antibiotik juga melibatkan upaya untuk mencegah bakteri menjadi lebih kuat. Bakteri yang selamat dari pengobatan antibiotik cenderung mengalami perkembangan yang membuatnya lebih tangguh.
Penggunaan antibiotik yang tepat dan bijak dapat mengurangi tingkat resistensi. Pemahaman masyarakat mengenai penggunaan antibiotik sangat penting untuk keberhasilan terapi dan menghindari resistensi. Oleh karena itu, peran apoteker sangat penting dalam memberikan informasi mengenai obat kepada pasien yang mendapatkan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang sesuai aturan akan meningkatkan kualitas kesehatan pasien, sedangkan penggunaan yang tidak tepat akan mengurangi efektivitas antibiotik.
Cara Penggunaan Antibiotik yang Tepat dan bijak:
- Gunakan antibiotik berdasarkan peresepan dari dokter Anda, dan jangan memberi antibiotik tanpa resep dokter.
- Seandainya Anda mendapatkan antibiotik dari dokter Anda, maka berdiskusilah dengan dokter Anda mengenai infeksi kuman apa yang kemungkinan terjadi pada Anda. Biarkan dokter yang akan menjelaskannya.
- Habiskan antibiotik yang diberikan, konsumsilah sesuai aturan yang dijelaskan oleh dokter.
- Jangan menyimpan antibiotik, apalagi menggunakannya secara sembarangan berdasarkan justifikasi yang bersifat pribadi, berdasarkan sumber dari media sosial, atau sumber yang Anda baca sendiri.
- Apabila Anda memiliki riwayat alergi terhadap antibiotik tertentu, maka ingat dan catatlah jenis antibiotik yang menyebabkan Anda mengalami reaksi alergi tersebut. Informasikan kepada dokter selanjutnya yang mungkin meresepkan Anda antibiotik di waktu lain.
- Penggunaan antibiotik harus memperhatikan waktu, frekuensi, dan durasi pemberian. Aturan minum antibiotik yang benar adalah dengan membagi waktu 1 hari (24 jam) sesuai dengan berapa kali antibiotik harus digunakan dalam sehari.
Â
Â
Cara penggunaan antibiotik yang benar adalah sebagai berikut:
- 3 kali sehari: setiap 8 jam, yaitu pukul 6 pagi, pukul 2 siang, dan pukul 10 malam.
2 kali sehari: setiap 12 jam, yaitu pukul 6 pagi dan pukul 6 sore.
1 kali sehari: setiap 24 jam, yaitu pukul 6 pagi setiap hari. - Dengan mengikuti aturan-aturan ini, penggunaan antibiotik dapat menjadi lebih efektif dan mengurangi risiko resistensi.
Untuk mengetahui cara mengonsumsi antibiotik dengan benar, Anda perlu berkonsultasi ke dokter . Hal ini penting dilakukan agar dokter dapat menentukan jenis dan dosis antibiotik yang sesuai dengan kondisi Anda.
Pengguanaan antibiotik yang tepat juga harus memahami apa saja yang perlu dihindari dan tidak perlu dihindari karena penggunaan antibiotik akan mempengaruhi efektivitanya. Efektivitas antibiotik akan berkurang jika seseorang mengkonsumsi makanan/minuman tertentu, sehingga sebaiknya makanan/minuman tersebut dihindari. Makanan/minuman yang sebaiknya dihindari saat konsumsi antibiotik antara lain:
- minuman beralkohol
- Grapefruit(jeruk besar berkulit oranye dengan daging merah keunguan seperti anggur. Jenis jeruk ini berbeda dengan jeruk bali). Hal ini disebabkangrapefruitmengandung suatu zat yang dapat menghalangi cara kerja obat-obatan, selain itu kandungan padagrapefruitjuga dapat menghambat penyerapan obat-obatan dalam tubuh
- jus jeruk
- makanan tinggi kalsium, termasuk juga suplemen-suplemen yang mengandung kalsium
Sedangkan makanan yang baik untuk dikonsumsi saat anda sedang mengkonsumsi antibiotik antara lain:
- probiotik, yakni mikroorganisme hidup yang dikenal sebagai “bakteri baik”. Mengingat antibiotik dapat membunuh semua bakteri, termasuk bakteri baik pada probiotik, maka sebaiknya berikan jeda waktu setidaknya 2 jam antara antibiotik dengan probiotik, sehingga bakteri baik tidak turut terbunuh oleh antibiotik.
- prebiotik, yakni makanan untuk bakteri baik. Beberapa makanan yang mengandung prebiotik (dalam jumlah rendah) diantaranya bawang bombay, bawang putih, dan pisang. Selain itu, prebiotik (dan probiotik) juga dapat ditemui pada yoghurt, beberapa cereal, makanan bayi terfortifikasi. dan lain-lain
- makanan terfermentasi, seperti tempe, yoghurt, dll. Makanan-makanan yang difermentasikan adalah sumber bakteri baik, yang memiliki keuntungan untuk membantu memusnahkan infeksi bakteri yang sedang terjadi
- makanan tinggi vitamin K, hal ini disebabkan antibiotik dapat menyebabkan kekurangan vitamin K (meskipun hal ini jarang terjadi). Sumber vitamin K diantaranya sayur-sayuran hijau, hati ayam/sapi, telur, bunga kol, dan sebagainya
Jangan lupa untuk mengkonsumsi antibiotik hingga habis dan konsumsi sesuai yang dianjurkan oleh dokter pemeriksa anda. Sekian, semoga membantu ya..